Selasa, 02 November 2010

Manusia Dan Penderitaan


Manusia dan penderitaan
Penderitaan
Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan manusia bertingkat-tingkat, ada yang berat dan ada juga yang ringan. Namun, peranan individu juga menentukan berat-tidaknya Intensitas penderitaan. Suatu perristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang, belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
Akibat penderitaan yang bermacam-macam. Ada yang mendapat hikmah besar dari suatu penderitaan, ada pula yang menyebabkan kegelapan dalam hidupnya. Oleh karena itu, penderitaan belum tentu tidak bermanfaat. Penderitaan juga dapat ‘menular’ dari seseorang kepada orang lain, apalagi kalau yang ditulari itu masih sanak saudara.
Mengenai penderitaan yang dapat memberikan hikmah, contoh yang gamblang dapat dapat dicatat disini adalah tokoh-tokoh filsafat eksistensialisme. Misalnya Kierkegaard (1813-1855), seorang filsuf Denmark, sebelum menjadi seorang filsuf besar, masa kecilnya penuh penderitaan. Penderitaan yang menimpanya, selain melankoli karena ayahnya yang pernah mengutuk Tuhan dan berbuat dosa melakukan hubungan badan sebelum menikah dengan ibunya, juga kematian delapan orang anggota keluarganya, termaksud ibunya, selama dua tahun berturut-turut. Peristiwa ini menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi Soren Kierkegaard, dan ia menafsirkan peristiwa ini sebagai kutukan Tuhan akibat perbuatan ayahnya. Keadaan demikian, sebelum Kierkegaard muncul sebagai filsuf, menyebabkan dia mencari jalan membebaskan diri (kompensasi) dari cengkraman derita dengan jalan mabuk-mabukan. Karena derita yang tak kunjung padam, Kierkegaard mencoba mencari “hubungan” dengan Tuhannya, bersamaan dengan keterbukaan hati ayahnya dari melankoli. Akhirnya ia menemukan dirinya sebagai seorang filsuf eksistensial yang besar.
Penderitaan Nietzsche (1844-1900), seorang filsuf Prusia, dimulai sejak kecil, yaitu sering sakit, lemah, serta kematian ayahnya ketika ia masih kecil. Keadaan ini menyebabkan ia suka menyendiri, membaca dan merenung diantara kesunyian sehingga ia menjadi filsuf besar.
Lain lagi dengan filsuf Rusia yang bernama Berdijev (1874-1948). Sebelum dia menjadi filsuf, ibunya sakit-sakitan. Ia menjadi filsuf juga akibat menyaksikan masyarakatnya yang sangat menderita dan mengalami ketidakadilan.
Sama halnya dengan filsuf Sartre (1905-1980) yang lahir di Paris, Perancis. Sejak kecil fisiknya lemah, sensitif, sehingga dia menjadi cemoohan teman-teman sekolahnya. Penderitaanlah yang menyebabkan ia belajar keras sehingga menjadi filsuf yang besar.
Masih banyak contoh lainnya yang menunjukkan bahwa penderitaan tidak selamanya berpengaruh negatif dan merugikan, tetapi dapat merupakan energi pendorong untuk menciptakan manusia-manusia besar.
Contoh lain ialah penderitaan yang menimpa pemimpin besar umat Islam, yang terjadi pada diri Nabi Muhammad. Ayahnya wafat sejak Muhammad dua bulan di dalam kandungan ibunya. Kemudian, pada usia 6 tahun, ibunya wafat. Dari peristiwa ini dapat dibayangkan penderitaan yang menimpa Muhammad, sekaligus menjadi saksi sejarah sebelum ia menjadi pemimpin yang paling berhasil memimpin umatnya (versi Michael Hart dalam Seratus Tokoh Besar Dunia).
Penderitaan dan Kenikmatan
Tujuan manusia yang paling populer adalah kenikmatan, sedangkan penderitaan adalah sesuatu yang selalu dihindari oleh manusia. Oleh karena itu, penderitaan harus dibedakan dengan kenikmatan, dan penderitaan itu sendiri sifatnya ada yang lama dan ada yang sementara. Hal ini berhubungan dengan penyebabnya. Macam-macam penderitaan menurut penyebabnya, antara lain: penderitaan karena alasan fisik, seperti bencana alam, penyakit dan kematian; penderitaan karena alasan moral, seperti kekecewaan dalam hidup, matinya seorang sahabat, kebencian orang lain, dan seterusnya.Semua ini menyangkut kehidupan duniawi dan tidak mungkin disingkirkan dari dunia dan dari kehidupan manusia.
Penderitaan dan kenikmatan muncul karena alasan “saya suka itu” atau “sesuatu itu menyakitkan”. Kenikmatan dirasakan apabila yang dirasakan sudah didapat, dan penderitaan dirasakan apabila sesuatu yang menyakitkan menimpa dirinya. Aliran yang ingin secara mutlak menghindari penderitaan adalah hedonisme, yaitu suatu pandangan bahwa kenikmatan itu merupakan tujuan satu-satunya dari kegiatan manusia, dan kunci menuju hidup baik. Penafsiran hedonisme ada dua macam, yaitu:
1. Hedonisme psikologis yang berpandangan bahwa semua tindakan diarahkan untuk mencapai kenikmatan dan menghindari penderitaan.
2. Hedonisme etis yang berpandangan bahwa semua tindakan ‘harus’ ditujukan kepada kenikmatan dan menghindari penderitaan.
Kritik terhadap hedonisme ialah bahwa tidak semua tindakan manusia hedonistis, bahkan banyak orang yang tampaknya merasa bersalah atas kenikmatan-kenikmatan mereka. Dan hal ini menyebabkan mereka mengalami penderitaan. Pandangan Hedonis psikologis ialah bahwa semua manusia dimotivasi oleh pengejaran kenikmatan dan penghindaran penderitaan. Mengejar kenikmatan sebenarnya tidak jelas, sebab ada kalanya orang menderita dalam rangka latihan-latihan atau menyertai apa yang ingin dicapai atau dikejarnya. Kritik Aristoteles ialah bahwa puncak etika bukan pada kenikmatan, melainkan pada kebahagiaan. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa kenikmatan bukan tujuan akhir, melainkan hanya “pelengkap” tindakan. Berbeda dengan John Stuart Mill yang membela Hedonisme melalui jalan terhormat, utilitarisme yaitu membela kenikmatan sebagai kebaikan tertinggi. Suatu tindakan itu baik sejauh ia lebih “berguna” dalam pengertian ini, yaitu sejauh tindakan memaksimalkan kenikmatan dan meninimalkan penderitaan.
Penderitaan dan Kasihan
Kembali kepada masalah penderitaan, muncul Nietzsche yang memberontak terhadap pernyataan yang berbunyi: “Dalam menghadapi penderitaan itu, manusia merasa kasihan”. Menurut Nietzche, pernyataan ini tidak benar, penderiutaan itu adalah suatu kekurangan vitalitas. Selanjutnya ia berkata, “sesuatu yang vital dan kuat tidak menderita, oleh karenanya ia dapat hidup terus dan ikut mengembangkan kehidupan semesta alam. Orang kasihan adalah yang hilang vitaliatasnya, rapuh, busuk dan runtuh. Kasihan itu merugikan perkembangan hidup”. Sehingga dikatakannya bahwa kasihan adalah pengultusan penderitaan. Pernyataan Nietzsche ini ada kaitannya dengan latar belakang kehidupannya yang penuh penderitaan. Ia mencoba memberontak terhadap penderitaan sebagai realitas dunia, ia tidak menerima kenyataan. Seolah-olah ia berkata, penderitaan jangan masuk ke dalam hidup dunia. Oleh karena itu, kasihan yang tertuju kepada manusia harus ditolak, katanya.
Pandangan Nietzsche tidak dapat disetujui karena: pertama, di mana letak humanisnya dan aliran existensialisme. Kedua, bahwa penderitaan itu ada dalam hidup manusia dan dapat diatasi dengan sikap kasihan. Ketiga, tidak mungkin orang yang membantu penderita, menyingkir dan senang bila melihat orang yang menderita. Bila demikian, maka itu yang disebut sikap sadisme. Sikap yang wajar adalah menaruh kasihan terhadap sesama manusia dengan menolak penderitaan, yakni dengan berusaha sekuat tenaga untuk meringankan penderitaan, dan bila mungkin menghilangkannya
.
Penderitaan dan Noda Dosa pada Hati Manusia.
Penderitaan juga dapat timbul akibat noda dosa pada hati manusia (Al-Ghazali, abad ke 11). Menurut Al-Ghazali dalam kitabnya Ihyaa’ Ulumudin, orang yang suka iri hati, hasad, dengki akan menderita hukuman lahir-batin, akan merasa tidak puas dan tidak kenal berterima kasih. Padahal dunia tidak berkekurangan untuk orang-orang di segala zaman. Allah SWT telah memberi ilmu dan kekayaan atau kekuasaan-Nya, karena itu penderitaan-penderitaan lahir ataupun batin akan selalu menimpa orang-orang yang mempunyai sifat iri hati, hasad, dengki selama hidupnya sampai akhir kelak.
Untuk mengobati hati yang menderita ini, sebelumnya perlu diketahui tanda- tanda hati yang sedang gelisah (hati yang sakit). Perlu diketahui bahwa setiap anggota badan diciptakan untuk melakukan suatu pekerjaan. Apabila hati sakit maka ia tidak dapat melakukan pekerjaan dengan sempurna ia kacau dan gelisah. Ciri hati yang tidak dapat melakukan pekerjaan ialah apabila ia tidak dapat berilmu, berhikmah, bermakrifat, mencintai Allah dengan menyembah-Nya, merasa erat dan nikmat mengingat-Nya.
Sehubungan dengan pernyataan ciri-ciri yang menderita, Allah berfirman:
Aku tidak menciptakan jin dan manusia selain hanya untuk menyembah kepada-Ku”. (QS. 51: 56)
“Barangsiapa merasa mengerti sesuatu, tetapi tidak mengenal Allah, sesungguhnya orang tersebut tidak mengerti apa-apa. Barangsiapa mempunyai sesuatu yang dicintainya lebih daripada mencintai Allah, maka sesungguhnya hatinya sakit. “katakanlah, hai Muhammad, apabila orang tuamu, anakmu, saudaramu, istrimu, handai tolanmu, harta bendamu yang engkau tumpuk dalam simpanan serta barang dagangan yang yang engkau khawatirkan ruginya dan rumah tempat tinggal yang kamu senangi itu lebih kamu cinta daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjuang di jalan Allah, maka tunggulah sampai perintah Allah datang”. (QS. 9: 24).
Hal lain yang menimbulkan derita terhadap seseorang adalah merasakan suatu keinginan atau dorongan yang tidak dapat diterima atau menimbulkan keresahan, gelisah, atau derita. Maka ia pun berusaha menjauhkan diri dari lingkup kesadaran atau perasaannya. Akhirnya, keinginan atau dorongan itu tertahan dalam alam bawah sadar. Namun, sering orang itu mengekspresikan keinginan atau dorongan itu secara tidak sadar atau dengan ucapan yang keliru. Atau, apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka?
Dan kalau Kami mengkhendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu, sehingga kamu dapat benar-benar mengenal mereka dengan tanda-tandanya, tetapi kamu mengenal mereka dari bicara mereka, dan Allah mengetahui perbuatan-perbuatan kamu”. (QS. 47: 29-30).
Demikianlah Al-Quran telah mengisyaratkan tentang adanya ciri-ciri orang yang tidak sadar (menderita) lewat kata-kata yang keliru, sejak 14 abat yang lalu sebelum dikemukakan oleh Freud, penemu teori psikoanalisis. Bahkan sebuah hadist mengatakan:
“Tak seorang pun yang menyembunyikan suatu rahasia kecuali jika Allah akan memberinya penutup. Apabila penutup itu baik, maka rahasia itu baik, dan apabila penutup itu buruk maka buruk pula rahasia itu”. (Tafsir Ibn Katsir, Vol. 4 hal. 180).
Obat supaya hati sehat di firmankan Allah sebagai berikut:
“Kecuali orang yang datang ke hadirat Allah SWT dengan hati yang suci”. (QS. 26: 89 ).
Jadi, mengenal atau makrifat kepada Allah yang membawa semangat taat kepada Allah SWT dengan cara menentang hawa nafsu, merupakan obat untuk menyembuhkan penyakit dalam hati (menderita gelisah) (Al-Ghazali, abad ke-11)


Manusia Dan keindahan


Pengertian Keindahan
Keindahan bisa disebut juga indah yang berarti sesuatu yang bagus, cantik, dan segala bentuk kebaikan atau kesempurnaan. Pemandangan alam yang sangat mengagumkan bisa disebut indah karena mempunyai bentuk fisik yang bagus atau sempurna. Dan benda atau barang-barang seni juga bisa disebut indah karena memiliki bentuk yang sangat unik dan detail pengerjaannya bisa di bilang sempurna. Keindahan bisa dibilang adalah kebenaran, dan segala yang indah itu merupakan kebenaran. Keindahan meliputi :
  • Keindahan seni
  • Keindahan Alam
  • Keindahan Moral
  • Keindahan Intelektual
Jadi keindahan merupakan sesuatu bentuk sempurna yang ada di muka bumi ini, tanpa ada batasan bagi setiap orang untuk memiliki rasa tersebut. Karena Keindahan bersifat Universal

Keindahan alam arti luas merupakan pengertian semula dari bangsa Yunani dulu yang didalamnya tercakup pula kebaikan. Plato misalnya menyebut tentang watak yang indah dan hukum yang indah, sedang Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang selain baik juga menyenangkan. Plotinus menulis tentang ilmu yang indah, kebajikan yang indah. Orang Yunani dulu berbicara juga tentang buah pikiran yang indah dan adapt kebiasaan yang indah. Tapi bangsa Yunani juga mengenal keindahan dalam arti estetis yang disebutnya “symetria” untuk keindahan berdasarkan penglihatan dan harmonia untuk keindahan berdasarkan pendengaran. Jadi pengertian keindahan seluas-luasnya meliputi : keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral dan keindahan intelektual.
Keindahan dalam arti estetik murni menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang dicerapnya. Sedang keindahan dalam arti terbatas lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang dicerapnya dengan penglihatan, yakni berupa keindahan dari bentuk dan warna.
Nilai estetik.
Dalam rangka teori umum tentang nilai The Liang gie menjelaskan bahwa pengertian keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai sepertihalnya nilai moral, nilai ekonomik, nilai pendidikan dan sebagainya. Nilai yang berhubungan dengan segaa sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetik. Nilai adalah suatu relaitas psikologis yang harus dibedakan secara tegas dari kegunaan, karena terdapat dalam jiwa manusia dan bukan pada bendanya itu sendiri. Nilai itu oleh orang dipercaya terdapa pada sesuatu benda sampai terbukti ketakbenarannya. Tentang nilai ada yang membedakan antara nilai subyektif dan nilai obyektif. Atau ada yang membedakan nilai perseorangan dan nilai kemasyarakatan. Tetapi penggolongan yang penting adalah nilai instrinsik dan nilai ekstrinsik. Nilai ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal lainnya ( instrumental/contributory) yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau membantu. Nilai instrinsik adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, yaitu sebagai sesuatu tujuan, atau demi kepentingan benda itu sendiri. Sebagai contoh : Puisi. Bentuk puisi yang terdiri dari bahasa, diksi baris, sajak, irama, itu disebut nilai ekstrinsik, sedangkan pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui (alat benda ) puisi itu disebut nilai instrinsik. Tarian damarwulan Minakjonggo merupakan nilai ekstrinsik, sedang pesan yang ingin disampaikan oleh tarian itu ialah kebaikan melawan kejahatan merupakan nilai instrinsik.
Apa sebab manusia menciptakan keindahan ?
1. Tata nilai yang telah usang
2. Kemerosotan zaman
3. Penderitaan Manusia
4. Keagungan Tuhan
Renungan
Renungan berasal dari kata renung; artinya diam-diam memikirkan sesuatu, atau memikirkan sesuatu dengan dalamdalam.
Renungan adalah hasil merenung. Dalam merenung untuk menciptakan seni ada beberapa teori antara lain : teori pengungkapan, teori metafisik dan teori psikologis.
Teori Pengungkapan.
Dalil teori ini ialah bahwa “arts is an expresition of human feeling” ( seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia) Teori ini terutama bertalian dengan apa yang dialami oleh seorang seniman ketika menciptakan karya seni. Tokoh teori ekspresi yang paling terkenal ialah filsuf Italia Benedeto Croce (1886-1952) Beliau antara lain menyatakan bahwa “Seni adalah pengungkapan pesan-pesan) expression adalah sama dengan intuition, dan intuisi adalah pegnetahuan intuitif yang diperoleh melalui penghayatan tentagn hal-hal individual yang menghasilkan gambaran angan-angan (images). Dengan demikian pengungkapan itu berwujud pelbagai gambaran angan-angan seperti misalnya images warna, garis dan kata. Bagi seseorang pengungkapan berarti menciptakan seni dalam dirinya tanpa perlu adanya kegiatan jasmaniah keluar. Pengalamam estetis seseorang tidak lain adalah ekspresi dalam gambaran angan-angan. Seorang tokoh lainnya adalah Leo Tolstoi dia menegaskan bahwa kegiatan seni aalah memunculkan dalam diri sendiri suatu perasaan yagn seseorang telah mengalaminya dan setelah memunculkan itu kemudian dengan perantaraan berbagai gerak, garis, warna, suara dan bentuk yang diungkapkan dalam kata-kata memindahkan perasaan itu sehingga orang-orang mengalami perasaan yang sama.
Teori Metafisik
Teori seni yang bercotak metafisik merupakan salah satu contoh teori yang tertua, yakni berasal dari Plato yang karyakaryanya untuk sebagian membahas estetik filsafat, konsepsi keindahan dari teori seni. Mengenai sumber seni Plato mengungkapkan suatu teori peniruan (imitation teori). Ini sesuai dengan metafisika Plato yang mendalikan adanya dunia ide pada tarat yang tertinggi sebgai realita Ilahi. Paa taraf yang lebih rendah terdapat realita duniawi ini yang merupakan cerminan semu dan mirip realita ilahi. Dan karyu seni yang dibuat manusia adalah merupakan mimemis (tiruan) dari ralita duniawi.
Teori Psikologis
Para ahli estetik dalam abad modern menelaah teori-teori seni dari sudut hubungan karya seni dan alam pikiran penciptanya dengan mempergunakan metode-metode psikologis. Misalnya berdasarkan psikoanalisa dikemukakan bahwa proses penciptaan seni adalah pemenuhan keinginan-keinginan bawah sadar dari seseorang seniman. Sedang karya seni
tiu merupakan bentuk terselubung atau diperhalus yang wujudkan keluar dari keinginan-keinginan itu. Teori lain lagi yaitu teori permainan yang dikembangkan oleh Fredrick Schiller (1757 -1805) dan Herbert Spencer ( 1820 – 1903 ) menurut Schiller, asal seni adalah dorongan batin untuk bermain-main (play impulse) yang ada dalam diri seseorang. Seni merupakan semacam permainan menyeimbangkan segenap kemampuan mental manusia berhubungan dengan adanya kelebihan energi yang harus dikeluarkan. Dalam teori penandaan (signification theory) memandang seni sebagai lambing atau tanda dari perasaan manusia.

Manusia Dan Cinta Kasih


Manusia Dan Cinta Kasih
Salah satu anugerah dari tuhan adalah cinta, ia ada di dalam setiap diri manusia, karma itu ia bersifat universal. Ia berkaitan dengan aspek terdalam pada diri manusia karma itu akal kita takkan mampu memahami hakikatnya dengan kata lain, cinta hanya untuk dirasakan bukan untuk dipikirkan. Sulit juga untuk dipungkiri bahwa cinta adalah salah satu kebutuhan hidup.

Cinta adalah suatu tema yang menarik untuk di bicarakan, ditulis, dan disyairkn ataupun juga bisa difilmkan. Banyak para tokoh ulama, psikologi, dan para filusuf, ribuan untaian syair nyanyian telah dirangkaikan oleh para penyair dunia. Semua kalangan mencoba mendefinisikan apa itu cinta.

Dalam setiap hembusan nafas kita, dalam setiap sel darah kita, dalam setiap unsur yang terkandung dalam butiran tanah, terdapat cinta ilahi yang tidak kita sadari dengan rahmat-Nya Allah telah memberikan manisnya rasa gula lewat lidah kita, kin tetpi sayang kita sering melupakannya atau tidak mensyukurinya. Sepandai-pandai kita bersyukur tetp takkan memdai sebagai ungkapan rasa terima kasih dikrnakn terlalu besarnya nikmat yang diberikan oleh tuhan. Cinta insani ini bersumber dari cinta yang pertama. Cinta antara laki-laki dan perempuan adalah bagaian dari cinta ilahi. Apapun yang kita rasakan tentang cinta, dalam cara dan tingkat apapun merupakan bagian kecila dari cinta Ilahi. Tetapi kadang-kadang kekasih menjadi tabir antra cinta dengan realitas cinta sejati. suatu hari tabir itu akan terangkat dimana tujuan dan kekasih sejati akan muncul dalam dalam semua keagungan Tuhan.

Menurut hadits Nabi, orang yang sedang bercinta cendrung selalu mengingat dan menyebut nama orang yang dicintainya serta orang juga bisa diperbudak oleh cintanya tersebut

A. Pengertian Cinta Kasih
Masalah cinta adalah masalah hati, ia berkaitan dengan perasaan yang terdalam dari diri manusia. Tidaklah mengherankan jika cinta itu mempunyai pengertian dan penanaman yang beragam, tergantung pada siapa dan apa yang dirasakan oleh seseorang serta bagaimana ia mengekspresikan perasaan cinta tersebut, secara tidak langsung cinta adalah paduan simpati antara dua makhluk. Rasa simpati ini tidak hanya hanya berkembang antara pria dan wanita, akan tetapi bisa juga antara pria dengan pria atau wanita dengan wanita, contohnya yaitu hubungan cinta kasih antara seorang ayah dengan anak laki-lakinya, dan antara seorang ibu dengan anak gadisnya
Cinta sangat erat hubungannya dengan manusia, tiada seorangpun di dunia ini yang tak pernah merasakan cinta seluruh aktivitas manusia dipenuhi oleh cinta. Saat sekarang inipun banyak orang-orang yang tak henti-hentinya menonton tentang kisah cinta, juga banyak orang-orang yang mendengarkan tentang lagu-lagu cinta yang apabila didengarkan oleh para pencinta begitu indah persaannya dan juga sebaliknya.

B. Pengertian Cinta Kasih Menurut Al-Qur’an
Adapun delapan pengertian cinta menurut Al-Quran :
  1. Cinta Mawaddah adalah cinta yang menggebu atau membara. Orang yang memiliki cinta ini maunya selalu berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuasakn dahaga cintanya ia ingin memonopoli cintanya dan hampir tidak bisa berpikir lain
  2. Cinta Rahmah adalah jenis cinta yang penuh dengan kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya, baginya adalah kebahagiaan sang kekasih meski untuk itu dia harus menderita
  3. Cinta Mail adalah jenis cinta untuk sementara sangat membara sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cendrung kurang diperhatikan cinta jenis ini dalam Al-Quran disebut dalam konteks poligami
  4. Cinta Syaghaf adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil, dan memabukkan orang yang terserang cinta cinta jenis ini bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak menyadari apa yang dilakukan, seperti kisah cintanya Zulaikha kepada Nabi Yusuf A.s
  5. Cinta Rof’ah adalah rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma-norma kebenaran, misalnya belas kasihan kepada anak sehingga tidak tega membangunkannya untuk sholat, membelanya meskipun salah. Al-Quran menyebut term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta Rof’ah menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah dalam hal ini ksus hukuman bagi pezina
  6. Cinta Shobwah adalah cinta buta, cinta yang mendorong prilaku menyimpang tanpa sanggup mengelak. Al-Quran menyebut term ini ketika mengisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdo’a agar dipisahkan dara Zulaikha yng setia hari menggodanya.
  7. Cinta Syauq adalah pengertian ini berdasarkan dari suatu hadits yang menafsirkan Al-Quran yaitu dalam surat Al-Ankabut Ayat 5 yang dikatakan bahwa barang siapa rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam sebuah do’a ma’tsur dari hadits riwayat Ahmad.
  8. Cinta Kulfah adalah perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang poisitif meski sulit, seperti orang tua menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu. Jenis cinta ini disebut Al-Quran ketika menyatakan bahwa allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya  
C. Motif-Motif yang mendorong timbulnya cinta
Motif cinta adalah perasaan yang diikuti oleh keinginan dan kecenderungan hati seseorang untuk mencintai sesuatu. Ia juga bis diartikan sesuatu yang ada dalam diri seseorang yang menyebabkan ia dicintai. Dengan demikian, yang di maksud dengan motif itu adalah perpaduan keduanya, sifat-sifat seseorang mendorong orang lain untuk mencintinya, dan perasaan yang ada pada diri sang pencinta. Disamping adanya keserasian dan kecocokan, sebagi kekuatan yang akan menjalin dan mengikat cinta mereka.

Ketika sang kekasih berada dalam puncak pesona kecantikannya, di tambah dengan kesempurnaanya dan keselarasan yang mengikat kedua jiwa, tersebut,akan terciptalah cinta yang langgeng dan abadi. Terkadang,kadar kecantikan sang kekasih itu biasa-biasa saja,tetapi begitu sempurna dimata pencinta,cintanya pun akan menjadi sempurna. Jadi kecantikan itu bersifat relatif,tergantung seberapa besar cinta yang dirasakan oleh seseorang itu,karena”cintamu kepada sesuatu bisa membuatmu buta dan tuli”. Tidak diragukan lagi bahwa seseorang kekasih adalah seorang yang paling cantik dimata seorang sang pencinta dan melebihi dari segala sesuatu. Bisa saja kecantikan seorang wanita itu sempurna,tapi tidak dapat sepenuhnya dinikmati oleh seorang pria,sehingga cintanya menjadi biasa-biasa saja.

cinta memiliki 3 unsur

pengertian cinta menurut Dr sarlito w sarwono bahwa cinta memiliki 3 unsur yaitu

1.keterikatan
adalah adanya perasaan untuk hanya bersama dia, segala prioritas untuk dia, tidak mau pergi dengan orang lain kecuali dengan dia, ada uang sedikit beli hadiah untuk dia



2.keintiman
adanya kebiasaan dan tingkah laku yang menunjukkan bahwa antara anda dengan dia sudah tidak ada jarak lagi panggilan formal seperti bapak, ibu saudara digantikan dengan sekedar memanggil nama atau sebutan sayang dan sebagainya.makan sepiring berdua

3.kemesraan
adanya rasa ingin membelai dan dibelai, rasa kangen rindu kalo jauh atau lama tak bertemu, adanya ungkapan ungkapan rasa sayang dan seterusnya.

tidak semua unsur cinta itu sama kuatnya. kadang kadang ada yang keterikatannya sangat kuat tetapi keintiman atau kemesraannya kurang, cinta seperti ini mengandung kesetiaan yg kuat dan kecemburuan yang besar, sehingga dirasakan oleh pasangannya sebagai dingin atau hambar karena tidak ada kehangatan yang ditimbulkan oleh kemesraan dan keintiman

cinta juga dapat diwarnai dengan kemesraan yang sangat bergejolak tetapi unsur keterikatan dan keintimannya kurang...apa yang terjadi...?

lebih berat lagi jika salah satu unsur cinta itu tidak ada ?





Tingkatan cinta
Ada tiga tingkat cinta.
Pertama, cinta atas dasar harapan mendapat sesuatu. Yaitu ketika seorang yang mencintai kekasihnya karena menginginkan sesuatu dari kekasihnya itu. Dan sesuatu yang diinginkannya itu biasanya berujud materi. Seorang wanita biasanya mudah tergoda dengan materi. Isteri yang mencintai suaminya karena ingin hartanya, berarti dia masuk dalam golongan ini. Isteri yang memijit punggung suaminya hanya ingin jatah nafkahnya ditambah. Isteri yang menyuguhkan teh hangat disertai seulas senyuman hanya karena ingin merayu minta dibelikan anting-anting. Atau isteri yang rajin bersih-bersih rumah dengan niat suami membelikan perabot baru. Semuanya masuk dalam golongan cinta tingkat ini. Cinta seperti ini adalah tingkatan cinta yang paling rendah. Jika keinginannya tidak terpenuhi maka kadar cinta pecinta golongan ini sontak turun tajam. Bahkan kemudian hatinya terisi oleh bibit-bibit kejengkelan, kebencian dan kemarahan. Sehingga bila akumulasi harapan-harapannya yang tak terpenuhi itu sudah sedemikian besar, seringkali berujung pada perselisihan, bahkan perpisahan.
Kedua, cinta atas dasar mengharap ridho kekasih. Cinta seperti ini lebih tinggi tingkatannya dari yang pertama. Yaitu mencintai kekasih karena semata mengharap ridhonya. Orang yang memiliki cinta tingkat kedua ini akan melakukan apapun secara sukarela dengan tujuan agar kekasih mendapatkan kebahagiaan. Agar kekasih memperoleh kesenangan. Agar kekasih terhindar dari marabahaya, dll. Terkadang ada dia berani mengambil resiko besar dalam melakukan hal-hal tersebut. Terkadang dia bersedia melakukan sesuatu yang konyol dan memalukan. Terkadang dia mau melakukan sesuatu yang tidak masuk akal. Bahkan tak jarang ada yang rela melakukan sesuatu yang membahayakan nyawanya sendiri. Dalam melakukan semuanya itu, dia tidak mengharapkan imbalan dari kekasih atas apa yang dilakukannya itu. Yang ada dihatinya hanyalah niat tulus agar kekasihnya senang dan bahagia, itu saja. Dan inilah yang disebut cinta tulus. Dan ketika kekasih tersenyum senang, diapun turut merasakan kesenangan itu. Manakala kekasih bahagaia, hatinyapun turut merasa bahagia.
Ketiga, cinta atas dasar mengharap Ridho Allah sekaligus ridho kekasih. Inilah cinta sejati. Inilah cinta tertinggi. Pada cinta jenis kedua (mengharap ridho kekasih), adakalanya orang tersebut melakukan sesuatu dengan tulus namun apa yang dilakukannya itu tidak diridhoi oleh Allah, Sang Pencipta Cinta. Artinya apa yang dilakukannya itu menyimpang dari aturan-aturan agama. Jika demikian adanya, maka dia dan kekasihnya tidak akan merasakan kebahagiaan sejati. Yang dirasakannya hanyalah kesenangan jangka pendek dan bersifat semu. Misalnya saja waktu sholat maghrib hampir habis dan dia membiarkan kekasihnya asyik menonton TV karena tidak mau mengganggu kesenangannya. Atau dia terus menerus memanjakannya dengan selalu membelikan barang-barang mewah secara mubazir dan berfoya-foya menghamburkan uang untuk menyenangkan kekasihnya (yang tidak punya nilai ibadah). Itu semua bertentangan dengan aturan Allah. Dan orang yang tindakannya bertentangan dengan aturanNya tidak akan menemukan ketentraman hidup dan kebahagiaan sejati. Sebab, yang meniupkan kebahagiaan dan ketenangan hidup kedalam hati manusia hanyalah Allah. Dan kebahagiaan sejati di dunia ini adalah ketika amal perbuatan seseorang itu sejalan dengan PerintahNya (sejalan dengan nurani). Yaitu ketika amal perbuatannya itu memiliki nilai ibadah.
Itulah kenapa cinta tulus saja tidak menjamin kebahagiaan. Yang menjamin kebahagiaan adalah cinta jenis ketiga, yakni cinta tulus mengharap Ridho Allah sekaligus kekasih. Jadi apa yang dilakukan haruslah sesuai dengan jalur pencarian ridhoNya terlebih dulu, baru ridho kekasihnya.

Teori Segitiga Cinta ini dikemukakan oleh Stenberg. Ada tiga komponen utama yang mendukung tumbuhnya cinta. Keintiman, gairah dan komitmen.
Keintiman adalah elemen emosi, yang didalamnya terdapat kehangatan, keperacyaan dan keinginan untuk membina hubungan. Ciri-cirinya antara lain seseorang akan merasa dekat dengan seseorang lainnya, senang bercakap-cakap dengannya sampai waktu yang lama, merasa rindu bila lama tidak bertemu, dan ada keinginan untuk bergandengan tangan atau merangkul bahu.
Gairah adalah elemen motivasional yang didasari oleh dorongan dari dalam diri yang bersifat seksual.
Komitmen adalah elemen kognitif, berupa keputusan untuk secara sinambung dan tetap menjalanksan suatu kehidupan bersama.





 PENGERTIAN KASIH SAYANG, CINTA KEMESRAAN DAN PEMUJAAN

Kasih sayang, dan cinta merupakan milik semua orang. Manifestasi dari kasih sayang dan cinta dapat menciptakan lingkungan yang tenteram. Karena setiap individu menyadari makna yang paling hakiki dari rasa kasih sayang dan cinta. Dengan kasih sayang kita akan selalu menghargai karya orang lain.

Dengan cinta kita selalu menjaga lingkungan yang harmonis. Lingkungan yang harmonis berarti lingkungan yang berimbang dan jauh dari perusakan. Kemesraan merupakan perwujudan kasih sayang yang mendalam. Kemesraan dapat menimbulkan daya kreativitas manusia, yang berwujud bentuk seni. Bentuk seni dapat berbentuk seni rupa, seni pahat, seni sastra, seni suara. Pemujaan merupakan perwujudan cinta manusia kepada Tuhan. Kecintaan kepada Tuhan ini oleh manusia di antaranya diwujudkan dalam bentuk-bentuk pemujaan atau yang lebih kita kenal sebagai tempat beribadah.
Kemesraan, Pemujaan, Cinta Kasih Erotis
Kemesraan adalah hubungan yang akrab baik antara pria dan wanita yang sedang dimabuk asmara maupun yang sudah berumah tangga. Pemujaan adalah salah satu manifestasi cinta manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa yang diwujudkan dalam bentuk komunikasi ritual.Sedangkan Cinta kasih erotis merupakan atraksi individual belaka maupun pandangan bahwa cinta kasih erotis itu tidak lain daripada perbuatan kemauan jeduanya, lebih tepat jika dikatakan bahwa tidak terdapat pada yang satu, juga tidak pada yang lainnya.
Pengertian Pemujaan
Pemujaan adalah suatu ritual yang biasanya dilakukan untuk memuja Sang Pencipta yaitu Allah SWT. Pemujaan itu dalam bentuk menunaikan ibadah dengan shalat, puasa, dan lainnya.  Jadi  kalau ada seseorang yang mengatakan bahwa dirinya memuja cinta itu sangat salah dan termasuk sirik. Karena hanya Allah lah yang patut kita cintai dan kita puja.
BELAS KASIHAN
Dalam surat Yohanes dijelaskan ada tiga macam cinta. Cinta agape ialah cinta manusia kepada Tuhan. Cinta Philia ialah cinta kepada ibu bapak (orang tua) dan saudara. clan ketiga cinta Amor/ems ialah cinta antara pria dan wanita. Beda antara cinta erns dan amor ini ialah cinta eros karena kodrati sebagai laki-laki dan perempuan, scdangkan cinta amor karcna unsur-unsur yang sulit dinanar, misalnya gadis normal yang cantik mcncintai dan mau dinikahi seorang pemuda yang kerdil.
Disamping itu masih ada cinta lagi yaitu cinta terhadap scsama. Cinta terhadap sesama merupakan perpaduan antara cinta agape dan cinta philia.
Cinta sesama ini diberikan istilah belas kasihan untuk membcdakan antara cinta kcpada orang tua, pria-wanita, cinta kepada Tuhan.
a. cara-cara menumpahkan belas kasihan
Dalam kehidupan banyak sekali yang hams kita kasihani dan banyak cara kita menumpahkan belas kasihan. yang perlu kita kasihani antara lain: yatim piatu, orang orang jompo yang tidak mempunyai ahli warts, pengemis yang benar-benar tidak mampu bekerja. orang sakit di rumah sakit, orang cacat, masyarakat kita yang hidup menderita dan sebaginya. Orang-orang itu umunya menderita lahir dan batin dan umumnya sedikit tangan yang menaruh belas kasihan.
Berbagai macam cam orang memberikan belas kasihan bergantung kepada situasi dan kondisi. Ada yang memberikan uang, ada yang memberikan barang, ada yang memberikan pakaian, makanan dan sebagainya.

 CINTA KASIH EROTIS
Cinta kasih kesaudaraan merupakan cinta kasih antar orang-orang yang sania-sama sebanding, sedangkan cinta kasih ibu merupakan cinta kasih terhadap orang-orang yang lemah tanpa daya. Walaupun terdapat perbedaan besar antara kedua jenis tersebut, kedua-duanya mempunyai kesamaan bahwa pada hakekatnya cinta ksih tidak terbatas kepada seseorang saja. Bila saya kasihi saudara saya, semua anak saya, disamping itu bahkan saya saya kasihi semua anak-anak yang membutuhkan saya. Berlawanan dengan kedua jenis cinta kasih tersebut ialah cinta kasih erotis, yaitu kehausan akan penyatuan yang sempuma, akan penyatuan dengan seseorang lainnya. Pada hakekatnya cinta kasih tersebut bersifat ekslusif, bukan universal, dan juga barangkali merupakan bentuk cinta kasih yang paling tidak dapat dipercaya.
Pertama-tama cinta kasih erotis kerap kali dicampurbaurkan dengan pengalaman yang eksplosif berupa jatuh cinta, yaitu keruntuhan tiba-tiba tembok yang sampai waktu itu terdapat diantara dua orang yang asing satu sania lain. Tetapi seperti yang telah dikatakan terlebih dahulu, pengalaman intimitas, kemesraan yang tiba-tiba ini pada hakekatnya hanyalah sementara saja. Bilamana orang asing tadi telah menjadi seseorang yang diketahui secara intim , tak ada lagi rintangan yang hams diatasi, tidak ada lagi kemesraan tiba-tiba yang hams diperjuangkan. Pribadi yang dicintai telah dipahami orang seperti dirinya sendiri. Atau barangkali hams
dikatakan “kurang” dipahami seperti dirinya sendiri. Apabila terdapat perasaan yang telah mendalam terhadap pribadi yang lain apabila orang dapat mengalami ketakterhitungan pribadinya sendiri, maka pribadi orang lain tidak pemah akan begitu biasa baginya, dan keajaiban mengatasi rintangan-rintangan dapat terjadi lagi berulang-ulang tiap hari. Tetapi, untuk kebanyakan orang pribadinya, seperti juga pribadi orang lain, mudah dipahami cukup lengkap. Untuk mereka intimitas atau kemesraan itu terutama diperoleh dengan cara hubungan seksual. Karena meereka mengalami keterpisahan orang lain terutama sebagai keterpisahan fisik, maka dengan dengan mengadakan penyatuan fisik, orang telah mengatasi keterpisahan tersebut, demikian anggapannya.
Disamping itu terdapat pula faktor-faktor lain yang untuk banyak orang mempunyai arti sebagai cara-cara mengatasi keterpisahan, seperti bercakap-cakap tentang kehidupan diri pribadi, tentang pengharapan-pengharapan dan kecemasan-kecemasannya, menampakkan diri dengan segi-segi keanehannya, mengadakan hubungan dan minat yang sama terhadap dunia sekitar, semuanya itu dilaksanakan untuk mengatasi keterpisahan. Bahkan dengan memperlihatkan kemarahannya, kebenciannya, dan memperlihatkan kekurangannya menahan diri, semuanya dianggap bahwa telah dicapai intimitas. Hal ini dapat menerangkan adanya daya tank perversi (busuk). Yang kerap kali terdapat diantara sepasang pengantin yang rupa-rupanya hanya dapat berdekatan (intim) yang satu terhadap yang lain bila mereka berada di tempat tidur atau bila mereka saling melepaskan amarahnya terhadap satu sama lain. Tetapi semua jenis intimitas semacam ini kian lama kian cenderung untuk berkurang. Akibatnya ialah bahwa orang mencari hubungan cinta kasih dengan orang lain, dengan seorang asing barn yang kemudian pada gilirannya diubah lagi menjadi dangkal sehingga berakhir dengan keinginan untuk menaklukannya sekali lagi, untuk memperoleh cinta barn lagi, senantiasa dengan berilusi bahwa cinta yang baru itu akan berbeda pula dengan yang sudah-sudah. ilusi-ilusi ini sangat mudah diperoleh karena sifat keinginan seksual yang sangat mudah menipu diri sendiri.

Cinta Menurut Ajaran Agama
Dalam kehidupan manusia cinta menampakkan diri dalam berbagai bentuk. Kadang orang mencintai Allah, Rasul, dirinya sendiri, orang lain, hartanya, keluarganya atau yang lain sebagainya. Segala bentuk cinta dapat kita lihat dalam al quran yang tertera didalamnya dengan segala pengertiannya.
1. cinta diri (QS. Al-Adiyat, 100:8, QS. Fushilat, 41:49)
2. cinta kepada sesama manusia
3. cinta seksual (QS. Ar Rum, 30:21)
4. cinta kebapakan (QS. Maryam, 19:4-6, QS. Yusuf 12:84, QS. Hud, 11:45)
5. cinta kepada Allah (QS. Al Imran, 3:31)
6. cinta kepada Rasul

Kasih Sayang
Dalam kehidupan berumah tangga kasih sayang merupakan kunci kebahagiaan. Kasih sayang merupakan pertumbuhan dari cinta.Kasih sayang dasar komunikasi dalam keluarga. Komunikasi anak dan orangtua. Hubungan yang baik akan terjalin jika ada timbal balik perlakuan sikap antara anak dan orantuanya. Untuk itu dari cara pemberian cinta kasih ini dapat dibedakan macam macam pemberian kasih sayang orantua kepada anaknya:
1. orang tua bersifat aktif, si anak bersifat pasif.
Dalam hal ini orangtua yang memberikan kasih sayang, perhatian, nasehat atau yang lain sebagainya. Disisi lain sang anak hanya diam saja menerima, mengiyakan tanpa memberi respon.
2. orang tua bersifat pasif, si anak bersifat aktif.
Dalam hal ini si anak berusaha mati matian untuk memberikan kasih sayang kepada orangtuanya tetapi orangtuanya hanya diam tanpa memberi respon.
3. orang tua bersifat pasif, si anak bersifat pasif
Disini jelas bahwa tidak ada kontak kasih sayang antara orangtua dan anak. Masing masing person sibuk mengurus dirinya sendiri.
4. orang tua bersifat aktif, si anak bersifat aktif
Yang keempat inilah merupakan dambaan setiap keluarga. Alangkah senagnya jika dalam suatu keluarga ada rasa kasih sayang , kemesraan, dan cinta kasih. Subhanallah, dapat dibayangkan betapa bahagianya kita menjalani kehidupan didunia ini.


 

Konsep Ilmu Budaya Dasar Dalam Kesustraan

Sastra dan Kesusastraan
Sastra berasal dari kata castra berarti tulisan. Dari makna asalnya dulu, sastra meliputi segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh manusia, seperti catatan ilmu pengetahuan, kitab-kitab suci, surat-surat, undang-undang, dan sebagainya.
Sastra dalam arti khusus yang kita gunakan dalam konteks kebudayaan, adalah ekspresi gagasan dan perasaan manusia. Jadi, pengertian sastra sebagai hasil budaya dapat diartikan sebagai bentuk upaya manusia untuk mengungkapkan gagasannya melalui bahasa yang lahir dari perasaan dan pemikirannya.
Secara morfologis, kesusastraan dibentuk dari dua kata, yaitu su dan sastra dengan mendapat imbuhan ke- dan -an. Kata su berarti baik atau bagus, sastra berarti tulisan. Secara harfiah, kesusastraan dapat diartikan sebagai tulisan yang baik atau bagus, baik dari segi bahasa, bentuk, maupun isinya.
Dalam konteks kesenian, kesusastraan adalah salah satu bentuk atau cabang kesenian yang menggunakan media bahasa sebagai alat pengungkapan gagasan dan perasaan senimannya. Sehingga sastra juga disamakan dengan cabang seni lain seperti seni tari, seni lukis, seni musik, dan sebagainya.
Pengertian Sastra dari Segi Ilmu Sastra
Ada tiga hal yang berkaitan dengan pengertian sastra, yaitu ilmu sastra, teori sastra, dan karya sastra.
a. Ilmu sastra adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki secara ilmiah berdasarkan metode tertentu mengenai segala hal yang berhubungan dengan seni sastra.
Ilmu sastra sebagai salah satu aspek kegiatan sastra meliputi hal-hal berikut.
  • Teori sastra, yaitu cabang ilmu sastra yang mempelajari tentang asas-asas, hukum-hukum, prinsip dasar sastra, seperti struktur, sifat-sifat, jenis-jenis, serta sistem sastra.
  • Sejarah sastra, yaitu ilmu yang mempelajari sastra sejak timbulnya hingga perkembangan yang terbaru.
  • Kritik sastra, yaitu ilmu yang mempelajari karya sastra dengan memberikan pertimbangan dan penilaian terhadap karya sastra. Kritik sastra dikenal juga dengan nama telaah sastra.
  • Filologi, yaitu cabang ilmu sastra yang meneliti segi kebudayaan untuk mengenal tata nilai, sikap hidup, dan semacamnya dari masyarakat yang memiliki karya sastra.
Keempat cabang ilmu tersebut tentunya mempunyai keterkaitan satu sama lain dalam rangka memahami sastra secara keseluruhan.
b. Teori sastra adalah asas-asas dan prinsip-prinsip dasar mengenai sastra dan kesusastraan.
c. Seni sastra adalah proses kreatif menciptakan karya seni dengan bahasa yang baik, seperti puisi, cerpen/novel, atau drama.
Peranan Sastra
Karya sastra pada dasarnya adalah sebagai alat komunikasi antara sastrawan dan masyarakat pembacanya. Karya sastra selalu berisi pemikiran, gagasan, kisahan, dan amanat yang dikomunikasikan kepada pembaca. Untuk menangkap ini, pembaca harus mampu mengapresiasikannya.
Pengetahuan tentang pengertian sastra belum lengkap bila belum tahu manfaatnya. Horatius mengatakan bahwa manfaat sastra itu berguna dan menyenangkan. Secara lebih jelas dapat dijelaskan sebagai berikut.
  1. Karya sastra dapat membawa pembaca terhibur melalui berbagai kisahan yang disajikan pengarang mengenai kehidupan yang ditampilkan. Pembaca akan memperoleh pengalaman batin dari berbagai tafsiran terhadap kisah yang disajikan.
  2. Karya sastra dapat memperkaya jiwa/emosi pembacanya melalui pengalaman hidup para tokoh dalam karya.
  3. Karya sastra dapat memperkaya pengetahuan intelektual pembaca dari gagasan, pemikiran, cita-cita, serta kehidupan masyarakat yang digambarkan dalam karya.
  4. Karya sastra mengandung unsur pendidikan. Di dalam karya sastra terdapat nilai-nilai tradisi budaya bangsa dari generasi ke generasi. Karya sastra dapat digunakan untuk menjadi sarana penyampaian ajaran-ajaran yang bermanfaat bagi pembacanya.
  5. Karya sastra dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan atau penelitian tentang keadaan sosial budaya masyarakat yang digambarkan dalam karya sastra tersebut dalam waktu tertentu.
Masih banyak manfaat sastra yang bagi satu pembaca berbeda dengan pembaca lainnya. Sehingga beberapa pembaca yang menikmati buku yang sama bisa jadi memperoleh pengalaman puitik yang berbeda.
Begitulah di antaranya dasar-dasar pengertian sastra yang bisa dipelajari. Semoga pengetahuan ini bisa membantu Anda dalam pemahaman dan pengapresiasian sastra secara lebih menyeluruh.



















Konsepsi Ilmu Budaya Dasar

1. Pendekatan Kesusatraan

    A. Sastra

Pengertian Sastra
Suatu hasil karya baru dapat dikatakan memiliki nilai saastra bila di dalamnya terdapat kesepadanan antara bentuk dan isinya. Bentuk bahasanya baik dan indah, dan susunannya beserta isinya dapat menimbulkan perasaan haru dan kagum di hati pembacanya.
Bentuk dan isi sastra harus saling mengisi, yaitu dapat menimbulkan kesan yang mendalam di hati para pembacanya sebagai prwujudan nilai-nilai karya seni. Apabila isi tulisan cukup baik tetapi cara pengungkapan bahasanya buruk, karya tersebut tidak dapat disebut sebagai cipta sastra, begitu juga sebaliknya.
Sastra memiliki beberapa jenis:
  • Sastra daerah, yaitu karya sastra yang berkembang di daerah dan diungkapkan dengan menggunakan bahasa daerah.
  • Sastra dunia, yaitu karya sastra milik dunia yang bersifat universal.
  • Sastra kontemporer, yaitu sastra masa kini yang telah meninggalkan ciri-ciri khas pada masa sebelumnya.
  • Sastra modern, yaitu sastra yang telah terpengaruh oleh sastra asing(sastra barat).
Contoh-contoh karya sastra yang sering kita lihat sehari-hari adalah puisi, cerpen, novel, drama, dan banyak lagi. Masing-masing karya sastra tersebut memiliki ciri khas masing-masing dan isinya juga beragam tergantung si pembuat karya sastra tersebut. Bisa saja isinya tentang kehidupan nyata si pengarang ataupun tentang kritik sosial. Walaupun bermacam-macam isinya, asalkan memiliki rasa keindahan, itu sudah dapat disebut karya sastra.

    B. Seni
     Pengertian Seni








Dalam bahasa Sanskerta, kata seni disebut cilpa. Sebagai kata sifat, cilpa berarti berwarna, dan kata jadiannya su-cilpa berarti dilengkapi dengan bentuk-bentuk yang indah atau dihiasi dengan indah. Sebagai kata benda ia berarti pewarnaan, yang kemudian berkembang menjadi segala macam kekriaan yang artistik. Cilpacastra yang banyak disebut-sebut dalam pelajaran sejarah kesenian, adalah buku atau pedoman bagi para cilpin, yaitu tukang, termasuk di dalamnya apa yang sekarang disebut seniman. Memang dahulu belum ada pembedaan antara seniman dan tukang. Pemahaman seni adalah yang merupakan ekspresi pribadi belum ada dan seni adalah ekspresi keindahan masyarakat yang bersifat kolektif. Yang demikian itu ternyata tidak hanya terdapat di India dan Indonesia saja, juga terdapat di Barat pada masa lampau.

Dalam bahasa Latin pada abad pertengahan, ada terdapat istilah-istilah ars, artes, dan artista. Ars adalah teknik atau craftsmanship, yaitu ketangkasan dan kemahiran dalam mengerjakan sesuatu; adapun artes berarti kelompok orang-orang yang memiliki ketangkasan atau kemahiran; dan artista adalah anggota yang ada di dalam kelompok-kelompok itu. Maka kiranya artista dapat dipersamakan dengan cilpa.

Ars inilah yang kemudian berkembang menjadi l'arte (Italia), l'art (Perancis), elarte (Spanyol), dan art (Inggris), dan bersamaan dengan itu isinyapun berkembangan sedikit demi sedikit kearah pengertiannya yang sekarang. Tetapi di Eropa ada juga istilah-istilah yang lain, orang Jerman menyebut seni dengan die Kunst dan orang Belanda dengan Kunst, yang berasal dari akar kata yang lain walaupun dengan pengertian yang sama. (Bahasa Jerman juga mengenal istilah die Art, yang berarti cara, jalan, atau modus, yang juga dapat dikembalikan kepada asal mula pengertian dan kegiatan seni, namun demikian die Kunst-lah yang diangkat untuk istilah kegiatan itu).

Yunani yang dipandang sebagai sumber kebudayaan Eropa walaupun sejak awal sejarahnya sudah mengenal filsafat dan juga fisafat seni, ternyata tidak juga memiliki kata yang dapat disejajarkan dengan pengertian kita sekarang tentang seni. Istilah yang paling dekat dengan pengertian itu ialah ?hne??ng sekarang kita kenal memiliki hubungan langsung dengan perkataan ?nik??

Pengertian Dasar Tentang Lingkup Senirupa

Kata seni yang bersumber dari bahasa asing itu menekankan arti pada hasil aktivitas seniman. Lingkup seni sebagai hasil aktivitas artistik yang meliputi seni suara, seni gerak dan seni rupa sesuai dengan media aktivitasnya. Media dalam hal ini mempunyai arti sarana yang menentukan batasan-batasan dari lingkup seni tersebut.

Media sebagai sarana aktivitas seni dapat menghasilkan karya seni setelah melalui proses penciptaan seniman berdasarkan pertimbangan artistik (nilai artistik). Jadi karya seni sesuai dengan media yang dipakai meliputi jenisnya; antaranya senirupa (visual art).

Pengertian dasar tentang lingkup senirupa (visual art) sesuai dengan media aktivitas:
Seni Murni:
Seni Lukis
Seni Patung
Seni Grafis

Disain:
Disain Grafis (Komunikasi Visual)
Disain Interior
Disain Produk (Disain Industri)

Kria:
Kria Tekstil
Kria Kayu
Kria Keramik
Kria Gelas, dll.


Pada masa lampau tidak ada perbedaan yang tegas antara seniman dan kriawan, antara artists dan craftsman. Charles Batteaux (1713-1780) membedakan seni menjadi dua, yaitu:
Seni murni (fine art/ pure art)
Seni terapan (useful art/ applied art)

Dengan timbulnya istilah seni murni (fine art) dalam abad 18 mulailah terjadi perbedaan yang mendasar tentang seni murni dan seni pakai.

Seni berkembang terus, dan pada abad 19 ada usaha untuk menyatukan kembali antara seni dan kria, dalam sejarah senirupa, kita mengenal lahirnya Werkstatte di Austria dan Bauhaus di Jerman merupakan suatu usaha untuk menyatukan kembali seni murni dan seni pakai. Lahirlah istilah yang kita kenal sekarang dengan sebutan disain industri.

Namun demikian, perkembangan senirupa sejak tahun 60an sampai sekarang telah menunjukkan suatu perkembangan yang berbaur dengan berbagai disiplin seni, seperti munculnya seni Happening, seni Instalasi, Multimedia dan lain-lain, juga batasan antara seni kria yang betul-betul memiliki kemahiran teknik (buatan tangan) dengan campuran yang menggunakan alat industri, juga perkembangan teknologi fotografi yang demikian maju. 


    C. Peranan Sastra

Pembelajaran sastra sejak dulu sampai sekarang selalu menjadi permasalahan. Tentu saja permasalahan yang bersifat klasik tetapi hangat atau up to date. Umumnya yang selalu dikambinghitamkan adalah guru yang tidak menguasai sastra, murid-murid yang tidak apresiatif dan buku-buku penunjang yang tidak tersedia di sekolah. Padahal, pembelajaran sastra tidak perlu dipermasalahkan jika seorang guru memiliki strategi atau kiat-kiat yang dapat dijadikan sebagai alternatif.
Karya sastra mempunyai relevansi dengan masalah-masalah dunia pendidikan dan pengajaran. Sebab itu sangat keliru bila dunia pendidikan selalu menganggap bidang eksakta lebih utama, lebih penting dibandingkan dengan ilmu sosial atau ilmu-ilmu humaniora. Masyarakat memandang bahwa karya sastra hanyalah khayalan pengarang yang penuh kebohongan sehingga timbul klasifikasi dan diskriminasi. Padahal karya sastra memiliki pesona tersendiri bila kita mau membacanya. Karya sastra dapat membukakan mata pembaca untuk mengetahui realitas sosial, politik dan budaya dalam bingkai moral dan estetika.
Dari dulu sampai sekarang karya sastra tidak pernah pudar dan mati. Dalam kenyataan karya sastra dapat dipakai untuk mengembangkan wawasan berpikir bangsa. Karya sastra dapat memberikan pencerahan pada masyarakat modern. ketangguhan yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan. Di satu pihak, melalui karya sastra, masyarakat dapat menyadari masalah-masalah penting dalam diri mereka dan menyadari bahwa merekalah yang bertanggung jawab terhadap perubahan diri mereka sendiri.
Sastra dapat memperhalus jiwa dan memberikan motivasi kepada masyarakat untuk berpikir dan berbuat demi pengembangan dirinya dan masyarakat serta mendorong munculnya kepedulian, keterbukaan, dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Sastra mendorong orang untuk menerapkan moral yang baik dan luhur dalam kehidupan dan menyadarkan manusia akan tugas dan kewajibannya sebagai makhluk Tuhan, makhluk sosial dan memiliki kepribadian yang luhur.
Selain melestarikan nilai-nilai peradaban bangsa juga mendorong penciptaan masyarakat modern yang beradab (masyarakat madani) dan memanusiakan manusia dan dapat memperkenalkan nilai-nilai kemanusiaan yang universal, melatih kecerdasan emosional, dan mempertajam penalaran seseorang.
Sastra tidak hanya melembutkan hati tapi juga menumbuhkan rasa cinta kasih kita kepada sesama dan kepada sang pencipta. Dengan sastra manusia dapat mengungkapkan perasaan terhadap sesuatu jauh lebih indah dan mempesona. Seperti ungkapan perasaan cinta Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri (Jalaluddin Rumi) atau sering pula disebut dengan nama Rumi adalah seorang penyair sufi yang lahir di Balkh (sekarang Afganistan) pada tanggal 6 Rabiul Awwal tahun 604 Hijriah, atau tanggal 30 September 1207 Masehi dalam bentuk syair yang begitu mempesona:
Cinta
Karena cinta duri menjadi mawar
Karena cinta cuka menjelma anggur segar
Karena cinta pentungan jadi mahkota penawar
Karena cinta kemalangan menjelma keberuntungan
Karena cinta rumah penjara tampak bagaikan kedai mawar
Karena cinta tumpukan debu kelihatan sebagai taman
Karena cinta api yang berkobar-kobar jadi cahaya yang menyenangkan
Karena cinta Setan berubah menjadi Bidadari
Karena cinta batu yang keras menjadi lembut bagai mentega
Karena cinta duka menjadi riang gembira
Karena cinta hantu berubah jadi malaikat
Karena cinta singa tak menakutkan seperti tikus
Karena cinta sakit jadi sehat
Karena cinta amarah berubah menjadi keramah-tamahan
Indah bukan? Sebuah perasaan dilukiskan kedalam karya sastra, karya hati ataupun jiwa menjadi jauh beretika dan berestetika dalam menyampaikan sesuatu hal kepada orang lain.
Namun, yang perlu diketahui oleh kita bahwa bahwa materi pengajaran sastra dalam dunia pendidikan mempunyai pengaruh yang besar bagi siswa,  sastra  dapat meningkatkan kepekaan siswa terhadap fakta yang ada di dalam masyarakat, menghaluskan perasaan siswa dan membentuk kepribadian  serta budi pekerti luhur. “Siapa yang belajar sastra, maka akan halus hatinya (pekertinya)” (kata Ibnu Qayyim al-Jauzizah)
Belajar sastra bisa dijadikan pijakan untuk mengkaji kehidupan, Di dalamnya termuat nilai-nilai akhlak, moral, filsafat, budaya, politik, sosial dan pendidikan. “sastra juga berguna  dalam meningkatkan kepekaan rasa dan memberikan hiburan. Bukan bagi dunia pendidikan namun masyarakat secara umum keberadaan sastra tidak kalah pentingnya.
“Ajarkan sastra kepada anak-anakmu agar mereka berani” (pesan Sayidinah Umar Bin Khathatab). Dengan alasan ini juga mengapa para pemimpin perang biasa melantunkan syair di hadapan prajuritnya sebelum berhadapan dengan musuhnya. Simak untaian syair Hindun binti Utbah ketika memberikan semangat pada tentaranya dalam perang Uhud.
Jika kalian maju terus, kami peluk
Dan, kami siapkan kasur empuk
Jika kalian mundur, kami akan berpisah
Perpisahan yang tidak mengenal ramah
Simak lagi syair Abdullah bin Rawahah. Ketika keraguan sempat menyelimutinya dalam perang Mu’tah, ia pun berseru dengan untaian syairnya.
Wahai jiwa, engaku harus turun ke medan
Benci ataupun susah
Biarkan orang-orang berteriak
Mengapa engkau kulihat membenci surga
Seperti dalam puisi atau sajak-sajak Chairil Anwar, sastrawan kelahiran Medan, 26 Juli 1922, yang mencerita sebuah keberanian seorang pahlawan pada zaman kemerdekaan.
Persetujuan Dengan Bung Karno
Ayo ! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengan bicaramu
dipanggang diatas apimu, digarami lautmu
Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut
Bung Karno! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak dan berlabuh
[1948, Liberty, Jilid 7, No 297, 1954]
Maju
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
[Chairil Anwar, Februari 1943]
Lalu, apa yang mesti dilakukan agar minat siswa dan masyarakat terhadap sastra bangkit?
Pertama, perbaikan kurikulum bahasa Indonesia yang memuat kajian sastra secara proporsional sesuai dengan tingkat dan jenjang pendidikan. Hal tersebut termasuk salah satu tugas pemerintah dan lembaga-lembaga sekolah. Kurikulum yang “mengesampingkan” atau cenderung banyak mengajarkan sastra secara teori saja, mesti di perbaiki. Termasuk dalam hal ini adalah tenaga pengajar. Para guru yang mengajar tidak mengajarkan secara instan kepada murid-muridnya. Melainkan harus menguasai sastra dan berada di garda terdepan dalam memberikan apresiasi pada siswa.
Kedua, kampanye secara terprogram dan terus menerus terhadap pentingnya pendidikan sastra bagi peserta didik. Meningkatkan promosi karya sastra kepada masyarakat dan mengadakan kegiatan-kegiatan sastra dengan melibatkan masyarakat luas untuk memperkenalkan kepada mereka tantang dunia sastra. Untuk itu, media massa harus dapat memberikan ruang yang cukup bagi  masyarakat untuk bekreasi.
Ketiga, penyediaan sarana yang cukup dan menarik. Hal tersebut merupakan tanggung jawab pemerintah karena mahalnya harga buku dan susahnya mendapatkan karya-karya sastra.
Kerja sama dari berbagai pihak menjadi faktor penentu. Sarana yang memadai tidak akan membuahkan apa-apa kalau minat baca siswa dan masyarakat masih sangat minim. Untuk itu, sekolah harus “mewajibkan” para siswa-siswanya untuk membaca dan menulis. Pada zaman Hindia Belanda, setiap murid wajib membaca 25 judul buku selama tida tahun, berarti satu tahun ada sekitar 8 judul buku yang harus dibaca dan diujikan, sedangkan pelajaran menulis dilakukan setiap pekan, berarti ada sekitar 18 karangan per semester dan 36 karangan per tahun kalau ditotal selama 3 tahun sudah menghasilkan sekitar 108 karangan.
Dengan demikian, tidak mengherankan di awal-awal kemerdekaan, negeri pancasila ini melahirkan penulis-penulis, sartawan produktif dan imajinatif. Namun sayang tradisi baik tersebut, tidak ada kelanjutannya sejak mulai memasuki era tahun 50-an. pemerintah yang disibukkan dengan memajukan program-program eksakta. Jadi membaca buku dianggap tidak penting. Ini yang menyebabkan kita tertinggal dalam dunia sastra.
Karenanya, semangat membaca harus dilestarikan dan dipupuk sedini mungkin. Dimulai dari keluarga. Untuk bisa menjadi penikmat sastra. Minimal ada tiga hal yang perlu digarisbawahi dan dilakukan oleh kita yaitu pertama, membaca. Kedua, membaca dan ketiga membaca.
D. HUBUNGAN ANTARA SASTRA , SENI DENGAN ILMU BUDAYA DASAR

Masalah sastra dan seni sangat erat hubungannya dengan ilmu budaya dasar, karena materi – materi yang diulas oleh ilmu budaya dasar ada yang berkaitan dengan sastra dan seni.Budaya Indonesia sanagat menunjukkan adanya sastra dan seni didalamnya.
Latar belakang IBD dalam konteks budaya, negara dan masyarakat Indonesia berkaitan dengan masalah sebagai berikut :
1. kenyataan bahwa bangsa indonesia berdiri atas suku bangsa dengan segala keanekaragaman budaya yg tercemin dalam berbagai aspek kebudayaannya, yg biasanya tidak lepas dari ikatan2 primordial, kesukaan, dan kedaerahan .
2. Proses pembangunan yg sedang berlangsung dan terus menerus menimbulkan dampak positif dan negatif berupa terjadinya perubahan dan pergeseran sistem nilai budaya sehingga dengan sendirinya mental manusiapun terkena pengaruhnya .
3. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menimbulkan perubahan kondisi kehidupan mausia, menimbulkan konflik dengan tata nilai budayanya, sehingga manusia bingung sendiri terhadap kemajuan yg telah diciptakannya .

2. Ilmu Budaya Dasar yang Dihubungkan dengan Prosa
A. Prosa 

 Seperti sudah dibicarakan, prosa atau prosa fiksi adalah sebuah bentuk karya sastra yang disajikan dalam bentuk bahasa yang tidak terikat oleh jumlah kata dan unsur musikalitas. Bahasa yang tidak terikat itu digunakan untuk menyampaikan tema atau pokok persoalan dengan sebuah amanat yang ingin disampaikan berkenaan dengan tema tersebut. Oleh karena itu, dalam apresiasi dengan tujuan tnembenkan penghargaan terhadap karya prosa itu, kita haruslah bisa “membongkar” dan menerangjelaskan hal-hal yang berkenaan dengan ukuran keindahan dan “kelebihan” karya prosa itu. Dengan demikian, penghargaan yang diberikan dapat diharapkan bersifat tepat dan objcktif. Suatu apresiasi sastra, menurut Maidar Arsjad dkk dilakukan melalui beberapa tahap kegiatan. Tahap-tahap itu adalah.
1. Tahap penikmatan atau menyenangi. Tindakan operasionalnya pada tahap ini adalah membaca karya sastra (puisi maupun novel}, menghadiri acara deklamasi, dan sebagainya.
2. Tahap penghargaan. Tindakan operasionalnya, antara lain, melihat kebaikan, nilai, atau
manfaat suatu karya sastra, dan merasakan pengaruh suatu karya ke dalam jiwa, dan
sebagainya.
3. Tahap pemahaman. Tindakan opersionalnya adalah meneliti dan menganalisis unsur
intrinsik dan unsur ektrinsik suatu karya: astra, serta berusaha menyimpulkannya.
4. Tahap penghayatan. Tindakan operasionalnya adalah rnenganalisis lebih lanjut akan suatu
karya, mencari hakikat atau makna suatu karya beserta argumentasinya; membuat tafsiran
dan menyusun pendapat berdasarkan analisis yang telah dibuat.
5. Tahap penerapan. Tindakan operasionalnya adalah mclahirkan ide baru, mengamalkan
penemuan, atau mendayagunakan hasil operasi dalam mencapai material, moral, dan
struktural untuk kepentingan sosial, politik, dan budaya.
Khasanah Prosa Indonesia
Kalau prosa kita artikan sebagai karangan dengan bahasa yang tidak terikat sebagai dikotomi dari puisi yang disajikan dalam bahasa yang terikat (dengan jumlah baris dan irama persajakan), maka semua karya sastra prosa dari kesusasteraan lama dapat kita masukkan sebagai prosa Indonesia. Jadi, semua dongeng, legcnua, hikayat, fabel, dan cerita rakyat seperti Dongeng Sang Kancil. Hikayat Si Miskin, Hikayat Pendawa Lima, Hikayat Amir Hamzah, legenda terjadinya TangkubanPerahu, dan sebagainya adalah termasuk karya prosa Indonesia. Di sini termasuk karya seperti Sejarah MejayiL Kisah Pelayaran Abdullah keNegari Mekah, dan lain sebagainya.
Karya prosa modem Indonesia dimulai dari buku-buku terbitan Balai Pustaka seperti Si Jamin dan Si Johan, Siti Nurbaya, SalahAsuhan, Saiah PiHhj Sengsara Membawa Nikmat. dan sebagainya. Di luar Balai Pustaka sebenarnya ada pula buku-buku cerita yang diterbitkan; tetapi karena bahasanya “kurang tcrpelihara” maka sering tidak dianggap atau tidak dibicarakan sebagai karya sastra Indonesia. Prosa-prosa produk zaman Balai Pustaka kebanyakan karya mengangkat persoalan adat sebagai tema, dan belurn mengangkat masalah sosial budaya. Oleh karena itu, konflik-konflik yang ierjadi hanyalah seputar pertentangan golongan yang mempertahankan adat dengan golongan yang ingin meninggalkan adat karena dianggap mengekang kebebasan dan kemajuan.
Zaman Balai Pustaka dilanjutkan oleh yang disebut Angkatan Pujangga Baru. Prosa pada angkatan ini sudah tidak banyak lagi bertemakan adat atau pertentangan adat melainkan sudah mengangkat juga persoalan sosial seperti dalam roman Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana yang mengangkat masalah emansipasi wanita; novel Belenggu karya Armyn pane yang mengangkat masalah kehidupan sosial seorang dokter, istrinya, dan seorang pasien wanita. Sutan Takdir meskipun disebut-sebut sebagai tokoh Pujangga Baru, namun dia sebelumnya sudah menulis prosa jauh sebelum itu, dan karya-karyanya juga banyak dihasilkan setelah itu. Prosanya yang lain adalah Tak Putus Dirundung Malang, dan Grotta dan Azura yang ditulisnya pada tahun enani puluhan.
Zaman Jepang (1940-1945) adalah zaman susah akibat perang Asia Timur Raya dan pendudukan tentara Jepang atas Indonesia. Pada masa ini karya sastra kebanyakan berupa puisi yang bersifat simbolis karena tidak berani berterang-terangan, takut akan ancaman kempetai Jepang. Prosa yang muncul hanyalah berupa corat-caret, sketsa, dan kisah-kisah pendek dari pengarang Idrus. Itu pun baru diumumkan setelah Jepang kalah perang. Judul-judul prosanya antara lain “Corat-Caret di bawah Tanah”. “Kota harmoni”, Sanyo”, “Oh..oh”, dan “Aki”. Kalau Chairil Anwar disebut sebagai pelopor Angkatan ‘45 dalam bidang puisi, maka Idrus adalah pelopor Angkatan ‘45 dibidang prosa. Keduanya disebut sebagai pelopor karena keduanya membuat pembaharuan dalam memberi corak karya sastra mereka yang berbeda dengan karya angkatan sebelumnya.
Setelah Jepang pergi pada tahun 1945, dan negeri kita diamuk suasana revolusi sejumlah karya prosa muncul. Pada 1948 terbit karya Idrus Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roman yakni kumpulan cerita pendek yang dimulai dengan cerpen “Ave Maria” dan berakhir dengan cerpen “Jalan lain ke Roma” Namun, didalam buku itu pun aoa naskah drama yang berjudul “Kejahatan Membahas dendam”. Pengarang lain adalah Pramudya Ananta Tur yang dalam prosa-prosanya banyak melukiskan kedahsyatan revolusi Indonesia. Karyanya antara lainKeluarga Gerilya (novel), Mereka yang Dilumpuhkan (novel), PercikanRevolusi/kumpulan (cerpen), Perburuan (novel), Subuh (novel), dan DiTepi Kali Bekasi (novel).
Novel lain yang muncul pada masa revolusi adalah Atheiskarangan Achdiat Karta Mihardja, Tidak Ada Esok dan Jalan Tak ada Ujung karangan Mochtar Lubis.
Terlepas dari ide yang dikandung di dalamnya, H.B. Jassin menyatakan bahwa “Surabaya” karya Idrus, Keluarga Gerilya karya Pramudya dan Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis merupakan puncak kesusastraan angkatan ‘45 sampai sakarang.
Revolusi berakhir pada akhir Desember 1949 dan Indonesia secara de facto dan de yure menjadi negara merdeka. Namun, pada awal kemerdekaan ini kegiatan sastra tampaknya lebih banyak pada karya puisi dan cerita pendek. Banyak pengarang muncul bersama cerpennya yang dipublikasikan dalam buku kumpulan cerita pendek. Mereka itu antara lain Subagio Sastrawardaya, N.H. Dini, S.M. Ardan, Sukanto S.A., A.A. Navis, Trisnoyuwono, dan Nugroho Notosusanto.
Karya mereka yang bisa disebutkan di sini antara lain, adalahTerang Bulan Terang di Kali (kumpulan cerpen) dan Nyai Dasima karya S.M. Ardan, Hitam Putin (kumpulan cerpen) karya Mohamad Ali,Robohnya Surau Kami (kumpulan cerpen) karya A.A. Navis, KawatBerduri karya Trisno Yuwono. Pulang (novel) karya Toha Mochtar, Hati yang Damai dan Dua Dunia karya N.H. Dini, dan Daun Kering karya Trisno Sumardjo.
Scsudah huru-hara G 30S/PKI laluin 1965 khasanah prosa Indonesia tetap didominasi oleh cerpen, meskipun karya novel juga tidak kurang, tetapi lebih banyak pengarang dikenal knrcna karya ccrpennya. Walaupun dcmikian novel-novel yang patut discbutkan scsudah huru-hara G 30 S/PKI itu, antara lain adalah Harimau-Harimau dan Maut dan Cinta keduanya karya Mochtar Lubis, Jalan Terbuka karya Ali Audah,Sepi Terasing karya Aoh K. Hadimadja; Tidak Menyerah. Jentera Lepi,Kubah, dan Bawuk, keempatnya karya Umar Kliayam, Burung-Burung Manyar karya Y.B. Mangunwijaya, Kalah dan Menang karya Sutan takdir Alisyahbana, Telegram karya Putu V/ijaya, Pada Sebuah Kapal karya N.H. Dini; Ziarah dan Merahnya Merah keduanya karya Iwan Simatupang;Karmila karya Marga T; Wajah-Wajah Cinta karya La Rose; dan sejumlah novel lainnya.
Seperti disebutkan di atas bahwa cerita pendek mendominasi prosa Indonesia mutakhir, hal itu tampak dari banyak cerita pendek yang dipublikasikan melalui berbagai majalah sastra maupun majalah umum, serta sejumlah buku kumpulan karya sastra seperti yang diedit oleh para cerpenis seperti Gerson Poyk, Umar Khayam, Kuntowijoyo, Putu Wijaya, Budi Darma, dan Danarto.
Langkah-Langkah Apresiasi Prosa
Dalam berbagai buku sumber ada discbutkan langkah-langkah yang dilakukan dalam melaksanakan apresiasi sastra secara umum dan apresiasi karya sastra secara khusus. Yang disebut di bawah ini pada dasarnya tidak berbeda dengan yang disebutkan dalam buku-buku sumber itu.
Pertama, membaca novel (cerpen, romai;) itu secara tenang dan seksama. Kalau perlu bisa diiakukan dua tiga kali. Biasanya sebuah karya prosa yang baik akan mengundang kita untuk membacanya berkali-kali karena kita memperoleh kenikmatan dari pembacaan itu. Kediia, mencoba mencari jati diri melalui prosa yang dibacanya.
Ketiga, mencoba menelaah apa tema cerita tersebut, dan mengetahui bagaimana tema itu disajikan, menelaah plot, penokohan, setting/latar, dan berbagai unsur instrinsik lainnya. Keempat mencoba menelaah amanat yang ingin disampaikan oleh pengarang dengan novel (cerpen, roman) tersebut.
Kelima, mencoba menelaah penggunaan bahasa yang digunakan dalam karya prosa tersebut melihat kekuatannya, dan mencari kekurangannya.
Keenam, mencoba menarik kesimpulan akan nilai karya prosa tersebut berdasarkan telaah objektif terhadap temanya, plotnya, perwatakannya, latarnya, dan sebagainya.
Teknik Pembelajaran Apresiasi Prosa
Pembelajaran apresiasi prosa dapat dilakukan sebagai berikut
Pertama, guru memilih sebuah novel atau cerita pendek yang sesuai dengan usia murid, tingkat kelas, dan norma kehidupan. Mengingat waktu yang terbatas barangkali cukup dipilih sebuah cerpen yang cukup pendek, Guru harus membacanya dulu, mempelajari semua unsui-unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik yang dijalin dalam cerpen tersebut sebaik-baiknya. Juga mencoba mencari informasi yang seluas-luasnya yang berhubungan dengan pengarang dan karya-karya pengarang tersebut.
Kedua, menyuruh murid membaca cerita pendek tersebut dengan serius (Andaikata cerita pendek tersebut cukup panjang, barangkali bisa juga sisv/a disuruh membaca dulu di rumah schari sebelumnya) sctclah selesai guru mengajukan pertanyaan, misalnya:
Bugaimana kesan Anda terhadap cerpen tersebut? hal-hal apa saja yang anda peroleh setelah membaca prosa tersebut?.
Kalau tidak ada yang menjawab, guru mcmberi pertanyaan penegasan: Menarikkah cerita tersebut? Jawaban siswa mungkin bermacam-macam (menarik, tidak menarik, membosankan, tidak tahu, dsb). Dari jawaban ini guru mengajak siswa untuk menelaahnya lebih jauh lagi.
Ketiga, guru membimbing siswa untuk menganalisis lebih jauh lagi mengenai unsur-unsur cerita tersebut, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Kegiatan ini dilakukan secara klasikal, dengan rnemanfaatkan interaksi guru-siswa, siswa-guru,dan siswa-siswa secara maksimal. Urutan penganalisisan dan jenis pertanyaan, pembimbingan dapat dilakukan sebagai berikut:
1. mengenai plot (alur) certia tersebut
2. mengenai tokoh-tokoh dengan wataknya masing-masing
3. mengenai sudut pandang atau pusat cerita teresebut
4. mengenai tema dan amanat dari cerita tersebut
5. mengenai penggunaan bahasa dan gaya bahasa yang dilakukan
6. mengenai unsur-unsur ektrinsik yang menunjang cerita tersebut
Keempat, setelah analisis selesai dilakukan, setiap siswa diminta menyusun pendapatnya mengenai cerita tersebut lengkap dengan alasannya. Satu dua siswa diminta membacakan pendapatnya di muka kelas.
Evaluasi Pembelajaran Apresiasi Prosa
1. Evaluasi dilakukan untuk menilai keberhasilan pembelajaran. Oleh karena pembelajaran apresiasi merupakan kegiatan praktik, maka evaluasi dilakukan terhadap kegiatan dan keikutsertaan dalam setiap kegiatan apresiasi. Evaluasinya meliputi tingkat informasi,konsep, perspektif dan apresiasi.
2. Laporan akhir siswa mengenai kegiatan apresiasi dapat pula dikaitkan dengan evaluasi kegiatan menulis sebagai komponen dari keseluruhan pengajaran bahasa.
Kesimpulan
1. Apresiasi prosa adalah kegiatan “menggauli” sebuah karya sastra prosa, untuk
kemudian memberi penghargaan terhadap karya sastra itu berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan objektif atas hasil analisis yang dilakukan terhadap karya prosa tersebut.
2. Materi prosa untuk bahan pembelajaran apresiasi dapat dipilih dari khazanah prosa
Indonesia yang cukup banyak.
3. Pembelajaran apresiasi dimulai dengan (a) guru memilih bahasa yang cocok,
mempelajari dulu, (b) menyuruh siswa membaca dengan baik, (c ) membimbing siswa
untuk menelaah unsur-unsur prosa tersebut, dan (d) meminta siswa menyusun laporan
tentang karya yang dibacam dengan bimbingan guru.

3.  Ilmu Budaya Dasar yang dihubungkan Dengan Puisi















   A. Puisi
  

Karya sastra secara umum bisa dibedakan menjadi tiga: puisi, prosa, dan drama. Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poesis, yang berarti membangun, membentuk, membuat, menciptakan. Sedangkan kata poet dalam tradisi Yunani Kuno berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.
Menurut Kamus Istilah Sastra (Sudjiman, 1984), puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.
Watt-Dunton (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah ekpresi yang kongkret dan yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama.
Carlyle mengemukakan bahwa puisi adalah pemikiran yang bersifat musikal, kata-katanya disusun sedemikian rupa, sehingga menonjolkan rangkaian bunyi yang merdu seperti musik.
Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah.
Ralph Waldo Emerson (Situmorang, 1980:8) mengatakan bahwa puisi mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin.
Putu Arya Tirtawirya (1980:9) mengatakan bahwa puisi merupakan ungkapan secara implisit dan samar, dengan makna yang tersirat, di mana kata-katanya condong pada makna konotatif.
Herman J. Waluyo mendefinisikan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.
Ada juga yang mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengekspresikan secara padat pemikiran dan perasaan penyairnya, digubah dalam wujud dan bahasa yang paling berkesan.
Yang Membedakan Puisi dari Prosa
Slametmulyana (1956:112) mengatakan bahwa ada perbedaan pokok antara prosa dan puisi. Pertama, kesatuan prosa yang pokok adalah kesatuan sintaksis, sedangkan kesatuan puisi adalah kesatuan akustis. Kedua, puisi terdiri dari kesatuan-kesatuan yang disebut baris sajak, sedangkan dalam prosa kesatuannya disebut paragraf. Ketiga, di dalam baris sajak ada periodisitas dari mula sampai akhir.
Pendapat lain mengatakan bahwa perbedaan prosa dan puisi bukan pada bahannya, melainkan pada perbedaan aktivitas kejiwaan. Puisi merupakan hasil aktivitas pemadatan, yaitu proses penciptaan dengan cara menangkap kesan-kesan lalu memadatkannya (kondensasi). Prosa merupakan aktivitas konstruktif, yaitu proses penciptaan dengan cara menyebarkan kesan-kesan dari ingatan (Djoko Pradopo, 1987).
Perbedaan lain terdapat pada sifat. Puisi merupakan aktivitas yang bersifat pencurahan jiwa yang padat, bersifat sugestif dan asosiatif. Sedangkan prosa merupakan aktivitas yang bersifat naratif, menguraikan, dan informatif (Pradopo, 1987)
Perbedaan lain yaitu puisi menyatakan sesuatu secara tidak langsung, sedangkan prosa menyatakan sesuatu secara langsung.
Unsur-unsur Puisi
Secara sederhana, batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa unsur, yaitu kata, larik , bait, bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling mempengaruhi keutuhan sebuah puisi. Secara singkat bisa diuraikan sebagai berikut.
Kata adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi) yang tepat sangat menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang dipilih diformulasi menjadi sebuah larik.
Larik (atau baris) mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam prosa. Larik bisa berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula seperti sebuah kalimat. Pada puisi lama, jumlah kata dalam sebuah larik biasanya empat buat, tapi pada puisi baru tak ada batasan.
Bait merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya ada kesatuan makna. Pada puisi lama, jumlah larik dalam sebuah bait biasanya empat buah, tetapi pada puisi baru tidak dibatasi.
Bunyi dibentuk oleh rima dan irama. Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan bait. Sedangkan irama (ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi. Timbulnya irama disebabkan oleh perulangan bunyi secara berturut-turut dan bervariasi (misalnya karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait), tekanan-tekanan kata yang bergantian keras lemahnya (karena sifat-sifat konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata. Dari sini dapat dipahami bahwa rima adalah salah satu unsur pembentuk irama, namun irama tidak hanya dibentuk oleh rima. Baik rima maupun irama inilah yang menciptakan efek musikalisasi pada puisi, yang membuat puisi menjadi indah dan enak didengar meskipun tanpa dilagukan.
Makna adalah unsur tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan bait. Makna bisa menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah misi penulis puisi disampaikan.
Adapun secara lebih detail, unsur-unsur puisi bisa dibedakan menjadi dua struktur, yaitu struktur batin dan struktur fisik.
Struktur batin puisi, atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi, meliputi hal-hal sebagai berikut.
(1)   Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
(2)   Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
(3)   Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
(4)   Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari  sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.
Sedangkan struktur fisik puisi, atau terkadang disebut pula metode puisi, adalah sarana-sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Struktur fisik puisi meliputi hal-hal sebagai berikut.
(1)   Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
(2)   Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
(3)   Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
(4)   Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll, sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
(5)   Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
(6)   Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo, 187:92]), dan (3) pengulangan kata/ungkapan. Ritma adalah tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.

 B. Hubungan Ilmu Budaya Dasar Dengan Puisi


ILMU BUDAYA DASAR YANG DIHUBUNGKAN DENGAN PUISI.
Puisi dipakai sebagai media sekaligus sumber belajar sesuai dengan tema-tema atau pokok bahasan yang terdapat di dalam buku Ilmu Budaya Dasar. Puisi termasuk seni sastra, …
Mata kuliah Ilmu Budaya Dasar adalah salah satu mata kuliah yang membicarakan tentang nilai-nilai, tentang kebudayaan, tentang berbagai macam masalah yang dihadapi manusia dalam hidupnya sehari-hari. … Secara sederhana Ilmu Budaya Dasar adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembang untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Istilah Ilmu Budaya Dasar dikembangkan di Indonesia …
Padahal konsep itu berasal dari orang eropa barat dalam zaman ketika mereka berexpansi menjelajah dunia, menguasai wilayah luas di afrika,Asia san Oseania. Dan memantapkan pemerintah-pemerintah jajahan mereka dimana-mana. … seni patung/ pahat; relief; lukis dan gambar; rias; vokal; musik; bangunan; kesusastraan; drama. Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi yang meliputi: berburu dan mengumpulkan makanan; bercocok tanam; peternakan; perikanan; perdagangan …
Bagaimana hubungan manusia dengan alam, dengan sesama manusia, dirinya sendiri, nilai-nilai manusia dan bagaimana pula hubungan manusia dengan Tuhan menjadi tema sentral dalam Ilmu Budaya Dasar. Pokok-pokok pembahasan yang akan …
Bagaimana hubungan manusia dengan alam, dengan sesama manusia, dirinya sendiri, nilai-nilai manusia dan bagaimana pula hubungan manusia dengan Tuhan menjadi tema sentral dalam Ilmu Budaya Dasar. Pokok-pokok pembahasan yang akan … Hsu telah mengembangkan suatu konsepsi bahwa dalam jiwa manusia sebagai makhluk social budaya itu mengandung 8 daerah yang seolah-olah seperti lingkaran-lingkaran konsentris sekitar diri pribadi. Nomor 7 dan nomor 6 disebut daerah tak sadar dan …
Sedangkan Ilmu Budaya Dasar dalam bahasa Inggris diebut dengan Basic Humanities, kajiannya bukan tentang busaya melainkan mengenai pengetahuan dasar dan oengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji … Ilmu Budaya Dasar bukan ilmu sastra, tari, filsafat atau ilmu lain yang terdapat dalam pengetahuan budaya. IBD hanya mempergunakan karya-karya yang terdapat dalam pengetahuan budaya untuk mendekati masalah-masalah kemanusiaan dan budaya.
























Salah satu anugerah dari tuhan adalah cinta, ia ada di dalam setiap diri manusia, karma itu ia bersifat universal. Ia berkaitan dengan aspek terdalam pada diri manusia karma itu akal kita takkan mampu memahami hakikatnya dengan kata lain, cinta hanya untuk dirasakan bukan untuk dipikirkan. Sulit juga untuk dipungkiri bahwa cinta adalah salah satu kebutuhan hidup.

Cinta adalah suatu tema yang menarik untuk di bicarakan, ditulis, dan disyairkn ataupun juga bisa difilmkan. Banyak para tokoh ulama, psikologi, dan para filusuf, ribuan untaian syair nyanyian telah dirangkaikan oleh para penyair dunia. Semua kalangan mencoba mendefinisikan apa itu cinta.

Dalam setiap hembusan nafas kita, dalam setiap sel darah kita, dalam setiap unsur yang terkandung dalam butiran tanah, terdapat cinta ilahi yang tidak kita sadari dengan rahmat-Nya Allah telah memberikan manisnya rasa gula lewat lidah kita, kin tetpi sayang kita sering melupakannya atau tidak mensyukurinya. Sepandai-pandai kita bersyukur tetp takkan memdai sebagai ungkapan rasa terima kasih dikrnakn terlalu besarnya nikmat yang diberikan oleh tuhan. Cinta insani ini bersumber dari cinta yang pertama. Cinta antara laki-laki dan perempuan adalah bagaian dari cinta ilahi. Apapun yang kita rasakan tentang cinta, dalam cara dan tingkat apapun merupakan bagian kecila dari cinta Ilahi. Tetapi kadang-kadang kekasih menjadi tabir antra cinta dengan realitas cinta sejati. suatu hari tabir itu akan terangkat dimana tujuan dan kekasih sejati akan muncul dalam dalam semua keagungan Tuhan.

Menurut hadits Nabi, orang yang sedang bercinta cendrung selalu mengingat dan menyebut nama orang yang dicintainya serta orang juga bisa diperbudak oleh cintanya tersebut

A. Pengertian Cinta Kasih
Masalah cinta adalah masalah hati, ia berkaitan dengan perasaan yang terdalam dari diri manusia. Tidaklah mengherankan jika cinta itu mempunyai pengertian dan penanaman yang beragam, tergantung pada siapa dan apa yang dirasakan oleh seseorang serta bagaimana ia mengekspresikan perasaan cinta tersebut, secara tidak langsung cinta adalah paduan simpati antara dua makhluk. Rasa simpati ini tidak hanya hanya berkembang antara pria dan wanita, akan tetapi bisa juga antara pria dengan pria atau wanita dengan wanita, contohnya yaitu hubungan cinta kasih antara seorang ayah dengan anak laki-lakinya, dan antara seorang ibu dengan anak gadisnya
Cinta sangat erat hubungannya dengan manusia, tiada seorangpun di dunia ini yang tak pernah merasakan cinta seluruh aktivitas manusia dipenuhi oleh cinta. Saat sekarang inipun banyak orang-orang yang tak henti-hentinya menonton tentang kisah cinta, juga banyak orang-orang yang mendengarkan tentang lagu-lagu cinta yang apabila didengarkan oleh para pencinta begitu indah persaannya dan juga sebaliknya.

B. Pengertian Cinta Kasih Menurut Al-Qur’an
Adapun delapan pengertian cinta menurut Al-Quran :
  1. Cinta Mawaddah adalah cinta yang menggebu atau membara. Orang yang memiliki cinta ini maunya selalu berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuasakn dahaga cintanya ia ingin memonopoli cintanya dan hampir tidak bisa berpikir lain
  2. Cinta Rahmah adalah jenis cinta yang penuh dengan kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya, baginya adalah kebahagiaan sang kekasih meski untuk itu dia harus menderita
  3. Cinta Mail adalah jenis cinta untuk sementara sangat membara sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cendrung kurang diperhatikan cinta jenis ini dalam Al-Quran disebut dalam konteks poligami
  4. Cinta Syaghaf adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil, dan memabukkan orang yang terserang cinta cinta jenis ini bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak menyadari apa yang dilakukan, seperti kisah cintanya Zulaikha kepada Nabi Yusuf A.s
  5. Cinta Rof’ah adalah rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma-norma kebenaran, misalnya belas kasihan kepada anak sehingga tidak tega membangunkannya untuk sholat, membelanya meskipun salah. Al-Quran menyebut term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta Rof’ah menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah dalam hal ini ksus hukuman bagi pezina
  6. Cinta Shobwah adalah cinta buta, cinta yang mendorong prilaku menyimpang tanpa sanggup mengelak. Al-Quran menyebut term ini ketika mengisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdo’a agar dipisahkan dara Zulaikha yng setia hari menggodanya.
  7. Cinta Syauq adalah pengertian ini berdasarkan dari suatu hadits yang menafsirkan Al-Quran yaitu dalam surat Al-Ankabut Ayat 5 yang dikatakan bahwa barang siapa rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam sebuah do’a ma’tsur dari hadits riwayat Ahmad.
  8. Cinta Kulfah adalah perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang poisitif meski sulit, seperti orang tua menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu. Jenis cinta ini disebut Al-Quran ketika menyatakan bahwa allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya  
C. Motif-Motif yang mendorong timbulnya cinta
Motif cinta adalah perasaan yang diikuti oleh keinginan dan kecenderungan hati seseorang untuk mencintai sesuatu. Ia juga bis diartikan sesuatu yang ada dalam diri seseorang yang menyebabkan ia dicintai. Dengan demikian, yang di maksud dengan motif itu adalah perpaduan keduanya, sifat-sifat seseorang mendorong orang lain untuk mencintinya, dan perasaan yang ada pada diri sang pencinta. Disamping adanya keserasian dan kecocokan, sebagi kekuatan yang akan menjalin dan mengikat cinta mereka.

Ketika sang kekasih berada dalam puncak pesona kecantikannya, di tambah dengan kesempurnaanya dan keselarasan yang mengikat kedua jiwa, tersebut,akan terciptalah cinta yang langgeng dan abadi. Terkadang,kadar kecantikan sang kekasih itu biasa-biasa saja,tetapi begitu sempurna dimata pencinta,cintanya pun akan menjadi sempurna. Jadi kecantikan itu bersifat relatif,tergantung seberapa besar cinta yang dirasakan oleh seseorang itu,karena”cintamu kepada sesuatu bisa membuatmu buta dan tuli”. Tidak diragukan lagi bahwa seseorang kekasih adalah seorang yang paling cantik dimata seorang sang pencinta dan melebihi dari segala sesuatu. Bisa saja kecantikan seorang wanita itu sempurna,tapi tidak dapat sepenuhnya dinikmati oleh seorang pria,sehingga cintanya menjadi biasa-biasa saja.

cinta memiliki 3 unsur

pengertian cinta menurut Dr sarlito w sarwono bahwa cinta memiliki 3 unsur yaitu

1.keterikatan
adalah adanya perasaan untuk hanya bersama dia, segala prioritas untuk dia, tidak mau pergi dengan orang lain kecuali dengan dia, ada uang sedikit beli hadiah untuk dia



2.keintiman
adanya kebiasaan dan tingkah laku yang menunjukkan bahwa antara anda dengan dia sudah tidak ada jarak lagi panggilan formal seperti bapak, ibu saudara digantikan dengan sekedar memanggil nama atau sebutan sayang dan sebagainya.makan sepiring berdua

3.kemesraan
adanya rasa ingin membelai dan dibelai, rasa kangen rindu kalo jauh atau lama tak bertemu, adanya ungkapan ungkapan rasa sayang dan seterusnya.

tidak semua unsur cinta itu sama kuatnya. kadang kadang ada yang keterikatannya sangat kuat tetapi keintiman atau kemesraannya kurang, cinta seperti ini mengandung kesetiaan yg kuat dan kecemburuan yang besar, sehingga dirasakan oleh pasangannya sebagai dingin atau hambar karena tidak ada kehangatan yang ditimbulkan oleh kemesraan dan keintiman

cinta juga dapat diwarnai dengan kemesraan yang sangat bergejolak tetapi unsur keterikatan dan keintimannya kurang...apa yang terjadi...?

lebih berat lagi jika salah satu unsur cinta itu tidak ada ?





Tingkatan cinta
Ada tiga tingkat cinta.
Pertama, cinta atas dasar harapan mendapat sesuatu. Yaitu ketika seorang yang mencintai kekasihnya karena menginginkan sesuatu dari kekasihnya itu. Dan sesuatu yang diinginkannya itu biasanya berujud materi. Seorang wanita biasanya mudah tergoda dengan materi. Isteri yang mencintai suaminya karena ingin hartanya, berarti dia masuk dalam golongan ini. Isteri yang memijit punggung suaminya hanya ingin jatah nafkahnya ditambah. Isteri yang menyuguhkan teh hangat disertai seulas senyuman hanya karena ingin merayu minta dibelikan anting-anting. Atau isteri yang rajin bersih-bersih rumah dengan niat suami membelikan perabot baru. Semuanya masuk dalam golongan cinta tingkat ini. Cinta seperti ini adalah tingkatan cinta yang paling rendah. Jika keinginannya tidak terpenuhi maka kadar cinta pecinta golongan ini sontak turun tajam. Bahkan kemudian hatinya terisi oleh bibit-bibit kejengkelan, kebencian dan kemarahan. Sehingga bila akumulasi harapan-harapannya yang tak terpenuhi itu sudah sedemikian besar, seringkali berujung pada perselisihan, bahkan perpisahan.
Kedua, cinta atas dasar mengharap ridho kekasih. Cinta seperti ini lebih tinggi tingkatannya dari yang pertama. Yaitu mencintai kekasih karena semata mengharap ridhonya. Orang yang memiliki cinta tingkat kedua ini akan melakukan apapun secara sukarela dengan tujuan agar kekasih mendapatkan kebahagiaan. Agar kekasih memperoleh kesenangan. Agar kekasih terhindar dari marabahaya, dll. Terkadang ada dia berani mengambil resiko besar dalam melakukan hal-hal tersebut. Terkadang dia bersedia melakukan sesuatu yang konyol dan memalukan. Terkadang dia mau melakukan sesuatu yang tidak masuk akal. Bahkan tak jarang ada yang rela melakukan sesuatu yang membahayakan nyawanya sendiri. Dalam melakukan semuanya itu, dia tidak mengharapkan imbalan dari kekasih atas apa yang dilakukannya itu. Yang ada dihatinya hanyalah niat tulus agar kekasihnya senang dan bahagia, itu saja. Dan inilah yang disebut cinta tulus. Dan ketika kekasih tersenyum senang, diapun turut merasakan kesenangan itu. Manakala kekasih bahagaia, hatinyapun turut merasa bahagia.
Ketiga, cinta atas dasar mengharap Ridho Allah sekaligus ridho kekasih. Inilah cinta sejati. Inilah cinta tertinggi. Pada cinta jenis kedua (mengharap ridho kekasih), adakalanya orang tersebut melakukan sesuatu dengan tulus namun apa yang dilakukannya itu tidak diridhoi oleh Allah, Sang Pencipta Cinta. Artinya apa yang dilakukannya itu menyimpang dari aturan-aturan agama. Jika demikian adanya, maka dia dan kekasihnya tidak akan merasakan kebahagiaan sejati. Yang dirasakannya hanyalah kesenangan jangka pendek dan bersifat semu. Misalnya saja waktu sholat maghrib hampir habis dan dia membiarkan kekasihnya asyik menonton TV karena tidak mau mengganggu kesenangannya. Atau dia terus menerus memanjakannya dengan selalu membelikan barang-barang mewah secara mubazir dan berfoya-foya menghamburkan uang untuk menyenangkan kekasihnya (yang tidak punya nilai ibadah). Itu semua bertentangan dengan aturan Allah. Dan orang yang tindakannya bertentangan dengan aturanNya tidak akan menemukan ketentraman hidup dan kebahagiaan sejati. Sebab, yang meniupkan kebahagiaan dan ketenangan hidup kedalam hati manusia hanyalah Allah. Dan kebahagiaan sejati di dunia ini adalah ketika amal perbuatan seseorang itu sejalan dengan PerintahNya (sejalan dengan nurani). Yaitu ketika amal perbuatannya itu memiliki nilai ibadah.
Itulah kenapa cinta tulus saja tidak menjamin kebahagiaan. Yang menjamin kebahagiaan adalah cinta jenis ketiga, yakni cinta tulus mengharap Ridho Allah sekaligus kekasih. Jadi apa yang dilakukan haruslah sesuai dengan jalur pencarian ridhoNya terlebih dulu, baru ridho kekasihnya.

Teori Segitiga Cinta ini dikemukakan oleh Stenberg. Ada tiga komponen utama yang mendukung tumbuhnya cinta. Keintiman, gairah dan komitmen.
Keintiman adalah elemen emosi, yang didalamnya terdapat kehangatan, keperacyaan dan keinginan untuk membina hubungan. Ciri-cirinya antara lain seseorang akan merasa dekat dengan seseorang lainnya, senang bercakap-cakap dengannya sampai waktu yang lama, merasa rindu bila lama tidak bertemu, dan ada keinginan untuk bergandengan tangan atau merangkul bahu.
Gairah adalah elemen motivasional yang didasari oleh dorongan dari dalam diri yang bersifat seksual.
Komitmen adalah elemen kognitif, berupa keputusan untuk secara sinambung dan tetap menjalanksan suatu kehidupan bersama.